Selasa, 30 November 2010

Definisi Bencana Alam


Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gununggempa bumitanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka[1]. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.
Jenis jenis bencana alam
1.Bencana alam di darat.
-Longsor salju
-Pemanasan Global
-Gempa bumi
-Gunung meletus
--Kebakaran liar
2.Bencana alam di Air
-Banjir
-Tsunami
3.Bencana alam terkait cuaca
-Badai salju
-Hujan es
-Siklon tropis
-Tornado
-Kemarau
-Gelombang panas
4.Bencana alam terkait kesehatan
-Epidemik
-Kelaparan
5.Bencana alam di ruang agkasa
-Ledakan sinar Gamma
-Tabrakan
-Semburan matahari
-Supernova
-Hypernova



Indonesia, dilihat dari konteks geografis dan geologis merupakan daerah yang rawan bencana seperti bencana tsunami, letusan gunung api dan tanah longsor/gerakan tanah, gempa dan lainnya. Salah satu dampak dari bencana tersebut adalah, selama dekade terakhir (1994~2004), lebih kurang 6,8 juta penduduk Indonesia telah menjadi korban berbagai bencana. Ditambah dengan banyaknya korban karena bencana Tsunami Aceh dan Nias yang terjadi diakhir 2004 yang korbannya mencapai 220 ribu jiwa.



Antisipasi bencana alam
Bayangkan gejala alam yang terjadi belakangan ini. Di salah satu bagian daerah di wilayah kita, terjadi kekeringan. Sementara pada wilayah lain, terjadi banjir yang sangat luar biasa. Pada saat yang bersamaan longsor dan semburan air menjadi penyebab dari berbagai persoalan yang pada saat bersamaan harus dihadapi oleh masyarakat. Tenggelamnya kapal serta gangguan yang terjadi di laut kini makin kerap kita temukan. Di darat, tanah amblas sehingga menyebabkan putusnya jalur transportasi. Bahkan beberapa bandara juga tertutup karena dilanda banjir. Bukan hanya itu, tiba-tiba, kita juga bisa merasakan gempa yang semakin kerap mengguncang.
Inilah yang terjadi dalam sebulan terakhir dan kini semakin mudah dan sering terjadi di wilayah kita. Sayangnya, pemerintah tak juga memberikan â€
�pendidikan� lingkungan kepada seluruh masyarakat dalammeresponi anomali cuaca ini.
Mengapa semuanya bisa terjadi? Salah satunya adalah karena memang ada gangguan iklim yang terjadi secara global. Badai yang terjadi sedang melewati Indonesia dan kini akan terus menerus mengganggu seluruh wilayah Indonesia tanpa kecuali. Pada saat yang bersamaan dua sisi ekstrim cuaca bisa terjadi hanya dalam waktu bersamaan. Hal ini kerap disebut sebagai perubahan iklim global.
Memang para pakar menyatakan bahwa telah terjadi berbagai masalah pada iklim sejak semakin menipisnya ozon dan meningkatnya permukaan laut akibat dari mencairnya es. Perubahan dalam satu titik saja, bisa melepaskan gas karbon ke seluruh dunia dan menjadi pemicu dari perubahan iklim.
Namun hal itu tidak berdiri sendiri. Kejadian ekstrim dan gangguan alam ini juga tidak bisa dilepaskan dari semakin rusaknya lingkungan kita. Kerap kita ketahui bagaimana kerusakan hutan kita sudah semakin mengkuatirkan saja. Setiap hari ada saja hutan dibabat. Kebakaran hutan makin sering hingga merusak pandangan mata dan kesehatan, bahkan menganggu hingga ke negara tetangga. Setiap hari ada saja kayu yang dicuri ditemukan akan tetapi tidak setiap hari pelakunya dimasukkan ke dalam penjara. Yang kita lihat malah mereka yang melakukan kejahatan lingkungan justru dibebaskan. Bahkan ada yang melenggang kangkung kabur ke luar negeri.
Apa yang menjadi akibat dari semuanya ini? Jelas ada kerugian yang tidak ternilai dari kematian, kerusakan dan penderitaan yang harus dialami oleh kita semua. Kita berhadapan dengan fakta yang disebabkan oleh kita sendiri, namun ironisnya kita tidak mampu mengubah semuanya karena kita amat terbatas.
Dari sinilah kita kembali mengingat pentingnya mengingat arti dari â€
�kearifan budayaâ€�. Sebagai sebuah bangsa yang mewarisi berbagaikebijaksanaan yang memberikan kesempatan untuk ramah dan bergaul dengan alam, jelas kita sudah lama mengabaikan hal ini. Kita lebih mementingkan keuntungan dari hancurnya hutan, pengerukan tanah dan hasil laut secara berlebihan, bahkan dari pembiaran terhadap berbagai pelanggaran yang terjadi di atas tanah kita sendiri, laut kita sendiri dan kepemilikan kita sendiri. Akibatnya, kita sendirilah yang harus menanggung semuanya ini.
Berbagai hamparan penderitaan yang terjadi kini jelas-jelas menyebabkan kita tidak mampu berkelit bahwa yang kita butuhkan sekarang ini adalah sebuah kearifan budaya baru. Kita harus menanggalkan semua cara dan perilaku modern yang sangat tidak ramah lingkungan. Negara semisal Denmark dan Canada sekarang bahkan mempelopori penggunaan produk ramah lingkungan dan memberikan pemaksaan hukum kepada warga negaranya yang tidak melakukan hal itu.
Dibutuhkan lebih dari sekedar bicara. Harus ada komitmen yang diterjemahkan ke dalam bentuk praktis, semisal hukum. Kalau tidak, kita akan terus menerus menyesal dan menderita, lalu menyesal dan menderita lagi karena kita tidak melakukan perombakan terhadap perilaku kita sendiri. Alam juga bisa marah
Daftar pustaka